Payangan Bukan Pahyangan | Kesalahan Berbahasa Radar Jember


Kesalahan berbahasa Radar Jember ditulis dalam judul hari (Sabtu, 25 Februari 2016). Dalam informasi utama di harian Jember itu ditulis besar judulnya "Surga Bagi Peselancar Pantai Pahyangan di Kecamatan Ambulu". Apa yang salah? Yang salah yaitu nama pantainya. Warga sekitar menyebutnya 'Payangan'. Mengapa di Radar Jember hari ini ditulis 'Pahyangan' dengan /h/ di suku kata pertama. Padahal dalam berita-berita sebelumnya, Radar Jember juga menulis 'payangan' tanpa /h/. Mungkin sebab lain wartawan atau mungkin sebab yang lain.
Ada baiknya dibahas dulu apa itu 'payangan'. Payangan berasal dari bahasa Jawa yang berarti 'tempat untuk
atau kawasan orang-orang mayang'. Dalam kaidah tata bahasa Jawa, akhiran /-an/ ada yang bermakna 'tempat'. Misalnya kata dalam bahasa Jawa 'Pring-pringan', pring bermakna bambu, pring-pringan bermakna tempat yang ada pohon bambunya. Lalu kata payangan kata dasarnya yaitu mayang dan payang. Keduanya yaitu bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Jawa juga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata payang bermakna pukat atau jala untuk menangkap ikan. Selain itu dalam bahasa Indonesia ada tiga kata mayang. Salah satunya bersinonim dengan bunga. Ada pula kata mayang yang bermakna perahu layar. Dalam arti lain mayang atau payang adalah acara yang berkaitan dengan nelayan. Bagaimana dengan pantai Payangan di Jember (yang ditulis Pahyagan oleh harian Radar Jember)?

Pantai Payangan yaitu pantai yang bertetangga dengan Watu Ulo itu merupakan pantai yang menjadi kawasan bersandarnya kapal/perahu nelayan di wilayah selatan kecamatan Ambulu. Pantai yang populer dengan beberapa bukit dan Teluk Cinta-nya itu sekarang disebut-sebut sebagai nirwana untuk selancar. Di pantai itu semenjak semula menjadi kawasan para nelayan, orang Jawa biasa menyebut kawasan para nelayan sebagai payangan. Sebutan tersebut lambat laun menjadi nama, maka disebutlah pantai Payangan sebagai nama.

Mengapa Radar Jember menyebut Pahyangan padahal sebelumnya cukup ditulis Payangan tanpa /h/. Bisa jadi, ini merupakan upaya gagah-gagahan dari penulisnya. Bukankah kalau ditulis Pahyangan mirip dengan Kahyangan? Mungkin ada misi besar di balik pengubahan penulisan tersebut. Bisa jadi hendak mengubah namanya menjadi pantai Kahyangan. Memang ini hanya perkiraan belaka, tetapi kemungkinan tersebut tidak menutup kemungkinan. Hal ini bila dikaitkan dengan upaya pemkab Jember yang mulai mendata dan melirik objek wisata gres di Jember. Bahkan beberapa hari sebelumnya, Radar Jember juga menurunkan informasi tersebut.

Bukankah branding sebuah kawasan wisata sangat penting? Contohnya yaitu teluk Cinta yang ada di pantai Payangan. Sebenarnya itu yaitu bentuk topografi patai yang melengkung dan menyudut di tengah, mirip bentuk belahan atas lambang hati alias 'cinta'. Sebenarnya itu yaitu bentuk alamiah oleh ombak laut, bila itu memang bentuk cinta seharusnya bentuknya utuh ibarat lambang hati, tetapi itu mustahil sebab pantai bukan danau. Selanjutnya penyebutan teluk cinta telah menjadi viral dengan foto dan status di media umum para pengunjungnya.

Kembali ke Pahyangan, jika nanti diubah menjadi Kahyangan tentu itu akan lebih menjual, mirip cinta atau love di atas. Kahyangan yaitu kata lain dari surga, kawasan para bidadari berdiam. Entahlah, hendaknya pengembangan wisata juga berporos pada lokalitas dan tradisi, biar lebih berisi dan tetap lestari.
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: