
Padang Bulan: dari Pengajian hingga Lokalisasi
Judul goresan pena ini mungkin tendensius, mungkin sensasional, atau mungkin juga menyulut dan menimbulkan emosional. Sebenarnya goresan pena ini dibentuk menurut fakta sekaligus pengetahuan saya (yang sangat terbatas tentunya) mengenai Padang Bulan. Oleh sebab besarnya kemungkinan salah paham, mohon untuk dibaca dengan seksama hingga selesai. Agar tidak terjadi dusta di antara saya dan anda. Padang Bulan adalah campuran leksem / kata. Pertama yakni kata /padang/ dan kata /bulan/. Jika kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia kita akan menemukan kata padang yang bermakna tanah datar yang luas serta tidak ditumbuhi pohon. Kata tersebut juga bersinonim dengan lapangan (KBBI, 2008: 996). Kemudian kalau kita bergeser ke depan dan membuka kata /bulan/ tepat halaman 219 KBBI Pusat Bahasa akan berjumpa dengan dua kata bulan
 . Kata bulan pertama mempunyai dua makna yaitu benda langit yang mengitari bumi, bersinar pada malam hari sebab pantulan sinar matari dan makna yang kedua yakni masa atau jangka waktu lamanya bulan mengitari bumi yang panjangnya sekitar 28-31 hari. Sedangkan makna bulan kedua yakni ikan tawar, payau aau maritim yang hidup di perairan tropis. Selain makna kamus di atas, kata padang juga digunakan sebagai nama kota di Indonesia yaitu kota Padang yang terkenal dengan kuliner dan rumah makannya. Masakan Padang.
  Lain pula dengan kata padang dalam bahasa Jawa (biasanya juga ditulis padhang). Kata padang dalam Jawa bermakna keadaan yang ada cahaya, tidak gelap alias bersinoim dengan terang. Kaprikornus padang bulan dalam bahasa Jawa juga bersinonim dengan kata terang bulan. Alias keadaan bulan yang bercahaya, bukan terang bulan unyil atau terperinci bulan yang pakai telor. Itu makanan.
  Padang Bulan dan Pengajian
  Kata padang bulan ada dalam lirik lagu lir ilir. Lir ilir adalah lagu yang dipercaya sebagai hasil gubahan Kanjeng Sunan Kalijaga (baca: Kalijogo). Lir Ilir bermakna Seperti Kipas. Berikut ini kutipan lirik lagunya:
  mumpung padang rembulane
  mumpung jembar kalangane
  yo surak o surak hiyo....
  jika dimaknai secara bebas menjadi
  mumpung rembulan lagi terang
  mumpung kawasan lagi lapang
  ayo bersorak ya bersoraklah
  Selain lagu Lir Ilir juga lagi ngetop Padang Bulan yang dipopulerkan oleh Habib Syekh. Bukan hanya sebagai serpihan dari lirik lagu, kata padang bulan justru menjadi judul lagunya: Berikut ini kutipan liriknya:
  Padang bulan, padange koyo rino
  rembulae sing awe-awe
  ngilingake ojo turu sore
  kene tak critani kaggo sebo mengko sore
  jika diterjemahkan secara bebas maka menjadi:
  Bulan terang, terangnya menyerupai siang
  Rembulan sedang memanggil-manggil
  Mengingatkan (untuk) tidak tidur dulu
  Ke sinilah (akan) kuceritakan (wejangan) untuk menghadap nanti sore (mati)
  Kedua lagu di atas, baik Lir Ilir maupun Padang Bulan sering dinyanyikan dalam rangka pengajian.
  Padang Bulan dan Sastra
  Kata padang bulan selanjutnya juga digunakan dalam bidang sastra. Tepatnya novel karya Andrea Hirata penulis yang namanya melesat sebab karyanya yang berjudul Laskar Pelangi. Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini merupakan novel pertama dari dwilogi yang dirangkai dengan novel kedua yang berjudul Cinta dalam Gelas. 
  Nama Padang Bulan novel tersebut diambil dari puisi dari tokoh Ikal kepada A Ling. Puisi tersebut ada di halaman 250. Berikut ini kutipan lengkap puisi yang berjudul Ada Komidi Putar di Padang Bulan.
  Kutunggu Ayahku
  Akan kurayu supaya mengajakku nanti petang
  Nanti petang, Kawan, ada komidi putar di Padang Bulan
  Ada kereta kuda
  Ada selendang berenda-renda
  Ada boneka dari India
  Komidi berputar pelan
  Lampu-lampunya dinyalakan
  Komidi belingkar tenang
  Hatiku terang
  Terang benderang menandingi bulan
  Ayah, pulanglah saja sendirian
  tinggalkan aku
  Tinggalkan saya di Padang Bulan
  Biarkan saya kasamaran
  Melihat dari struktur dan kaidah penulisan Padang Bulan dalam puisi di atas, Padang Bulan yang dimaksud oleh Andrea Hirata yakni nama tempat. Selain diawali dengan aksara kapital keduanya juga ada preposisi di.
  Padang Bulan dan Lokalisasi
  Jika Anda pernah berkunjung ke Banyuwangi, atau punya kenalan dengan orang Banyuwangi atau bahkan Anda yakni penduduk orisinil kabupaten di ujung timur pulau Jawa ini tentu tidak aneh dengan nama ini. Ini yakni nama lokalisasi di Kabupaten Tersebut. Tapi tolong jangan tanyakan saya di mana tepatnya kawasan tersebut, sebab hingga goresan pena ini ditulis dan diterbitkan saya masih belum tahu (tolong garis bawahi: masih belum).
  Jadi kata padang bulan digunakan di banyak sendi kehidupan. Jika Anda menyampaikan padang bulan kepada orang yang menyukai dan selalu mengikuti Cak Nun pasti orang tersebut eksklusif ingat lagu Lir Ilir, Jika orang itu Syekher Mania maka beliau akan eksklusif menyanyikan lagu Padang Bulan. Jika orang itu yakni penggemar Andrea Hirata niscaya ingat Enong dan Jose Rizal-nya Detektif M. Nur, Jika orang itu yakni orang Banyuwangi mungkin beliau akan bertanya: Mau cari yang bagaimana?
  Tapi, kalau anda ngomong ‘Padang Bulan’ kepada Jamaah Salawatnya Habib Syekh yang juga penggemarnya Andrea Hirata sekaligus orang Banyuwangi, mungkin beliau akan bertanya: Padang bulan pengajian, novel, atau sejenisnya Sarkem alias Sari Kembang? Lho nambah lagi. Sarkem!
 Buat lebih berguna, kongsi:
