Pendudukan bangsa barat di Indonesia dengan banyak sekali kebijakan yang dibuatnya telah mengakibatkan ketidaknyamanan bagi penduduk orisinil Indonesia.
Sehingga memancing timbulnya penentangan dari berbgai pihak. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan wacana banyak sekali perlawanan oleh penduduk sebelum periode ke-18.
Untuk itu, Sultan Alaudin Riayat Syah mengirim utusan ke Konstantinopel (Turki) untuk meminta pinjaman militer dan undangan khusus mengenai pengiriman meriam-meriam, pembuatan senjata api, dan penembak-penembak.
Sehingga memancing timbulnya penentangan dari berbgai pihak. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan wacana banyak sekali perlawanan oleh penduduk sebelum periode ke-18.
Perlawanan Menentang Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia sebelum periode ke-18 (bagian pertama, kedua dan terakhir)
d. Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636)
Penyerangan Aceh terhadap Portugis di Malaka pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah.Untuk itu, Sultan Alaudin Riayat Syah mengirim utusan ke Konstantinopel (Turki) untuk meminta pinjaman militer dan undangan khusus mengenai pengiriman meriam-meriam, pembuatan senjata api, dan penembak-penembak.
Selain itu, Aceh juga meminta pinjaman dari Kalikut dan Jepara. Dengan semua pinjaman dari Turki maupun kerajaan-kerajaan lainnya, Aceh mengadakan penyerangan terhadap Portugis di Malaka pada tahun 1568.
Namun penyerangan tersebut mengalami kegagalan. Meskipun demikian, Sultan Alaudin telah mengatakan ketangguhan sebagai kekuatan militer yang disegani dan diperhitungkan di daerah Selat Malaka.
Penyerangan terhadap Portugis dilakukan kembali pada masa Sultan Iskandar Muda memerintah. Pada tahun 1629, Aceh menggempur Portugis di Malaka dengan sejumlah kapal yang memuat 19.000 prajurit. Pertempuran sengit tak terelakkan yang lalu berakhir dengan kekalahan di pihak Aceh.
Beliau berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa menyerupai Gresik (1613), Tuban (1616), Madura (1624), dan Surabaya (1625).
Setelah berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Sultan Agung mengalihkan perhatiannya pada VOC (Kompeni) di Batavia.
VOC di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen berusaha mendirikan benteng untuk memperkuat monopolinya di Jawa.
Niat VOC (kompeni) tersebut menciptakan murka Sultan Agung sehingga menjadikan Mataram sering bersitegang dengan VOC (kompeni).
Sultan Agung menyadari bahwa kompeni Belanda tidak sanggup dipercaya. Oleh sebab itu pada tanggal 22 Agustus 1628 Sultan Agung memerintahkan penyerangan pasukan Mataram ke Batavia.
Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso dan Dipati Ukur. Kemudian tahun 1629, Mataram kembali menyerang VOC di Batavia di bawah pimpinan Suro Agul-Agul, Kyai Adipati Mandurareja, dan Dipati Upasanta.
Meskipun tidak berhasil mengusir VOC dari Batavia, Sultan Agung sudah mengatakan semangat anti penjajahan absurd khususnya kompeni Belanda.
Sumber https://www.berpendidikan.com
Namun penyerangan tersebut mengalami kegagalan. Meskipun demikian, Sultan Alaudin telah mengatakan ketangguhan sebagai kekuatan militer yang disegani dan diperhitungkan di daerah Selat Malaka.
Penyerangan terhadap Portugis dilakukan kembali pada masa Sultan Iskandar Muda memerintah. Pada tahun 1629, Aceh menggempur Portugis di Malaka dengan sejumlah kapal yang memuat 19.000 prajurit. Pertempuran sengit tak terelakkan yang lalu berakhir dengan kekalahan di pihak Aceh.
![]() |
Gambar: Sultan Iskandar Muda |
e. Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613 – 1645)
Raja Mataram yang populer ialah Sultan Agung Hanyokrokusumo. Beliau di samping cakap sebagai raja juga fasih dalam hal seni budaya, ekonomi, sosial, dan perpolitikan.Beliau berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa menyerupai Gresik (1613), Tuban (1616), Madura (1624), dan Surabaya (1625).
Setelah berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Sultan Agung mengalihkan perhatiannya pada VOC (Kompeni) di Batavia.
VOC di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen berusaha mendirikan benteng untuk memperkuat monopolinya di Jawa.
Niat VOC (kompeni) tersebut menciptakan murka Sultan Agung sehingga menjadikan Mataram sering bersitegang dengan VOC (kompeni).
Sultan Agung menyadari bahwa kompeni Belanda tidak sanggup dipercaya. Oleh sebab itu pada tanggal 22 Agustus 1628 Sultan Agung memerintahkan penyerangan pasukan Mataram ke Batavia.
Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso dan Dipati Ukur. Kemudian tahun 1629, Mataram kembali menyerang VOC di Batavia di bawah pimpinan Suro Agul-Agul, Kyai Adipati Mandurareja, dan Dipati Upasanta.
Meskipun tidak berhasil mengusir VOC dari Batavia, Sultan Agung sudah mengatakan semangat anti penjajahan absurd khususnya kompeni Belanda.
Sumber https://www.berpendidikan.com
Buat lebih berguna, kongsi: