Contoh Usulan Penelitian Skripsi, Tesis Dan Desertasi Lengkap Baik Dan Benar

Contoh Proposal Penelitian Ilmiah - Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti perlu menciptakan ajuan penelitian, hal ini biasanya dilakukan oleh siswa sekolah maupun mahasiswa, terutama oleh mahasiswa final perguruan tinggi perguruan tinggi atau universitas. Dalam dunia perkuliahan, seorang siswa harus tahu apa ajuan penelitian lantaran untuk menuntaskan tahap final pendidikan harus terlebih dahulu menuntaskan salah satu syarat mutlaknya yaitu menciptakan tesis. Sebelum tesis ini dibentuk siswa terlebih dahulu mengajukan ajuan penelitian untuk kemudian dinilai apakah layak nanti usulan tersebut diangkat

Para siswa diharuskan menciptakan ajuan penelitian yang akan dijadikan sebagai laporan penelitian berupa tesis, tesis, atau disertasi. Usulan penelitian ini pertama kali diajukan sebelum melaksanakan penelitian.

Pedoman Pembuatan Proposal Penelitian

Langkah pertama penyusunan ajuan penelitian dimulai dengan mendefinisikan judul dan topik penelitian. Dapat dikatakan bahwa judul dan tema penelitian yaitu setengah dari penelitian. Pengaturan tema dan judul yaitu langkah tersulit dan cuilan dari menciptakan ajuan penelitian lantaran sebuah rencana penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan; Harus menarik, tidak dipakai oleh orang lain, dan pastilah sesuatu yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Biasanya, ketika mengajukan proposal, juga diminta cv. 

 peneliti perlu menciptakan ajuan penelitian Contoh Proposal Penelitian Skripsi, Tesis dan Desertasi Lengkap Baik dan Benar

Menurut Sutrisno Hadi, menyerupai dikutip Subyantoro dan Suwarto (2007: 110-1114), ada empat hal yang biasa dipakai untuk memilih topik penelitian.

Rentang peneliti pada topik (topik yang gampang dikelola), yaitu latar belakang kemampuan peneliti untuk memecahkan masalah, tersedianya pembiayaan yang cukup, batas final untuk menuntaskan penelititan.

  1. Data topik gampang didapat (data yang bisa diikutsertakan). Dalam hal ini, pertanyaan yang penting yaitu apakah sumber data penelitian gampang didapat? termasuk apakah teknik pengumpulan data akan bisa menangkap data yang dibutuhkan?
  2. Topiknya cukup penting untuk diteliti (signifikansi topik). topik yang dipilih menurut pentingnya topik itu sangat penting untuk diperiksa. Misalnya, apakah hasil penelitian nantinya bergua untuk kepentingan akademik dan masyarakat luas.
  3. Topik menarik untuk dipelajari (topik yang diminati). Topik ini didasarkan pada minat dan antusiasme yang timbul pada para peneliti. Tujuan dan harapan untuk menemukan kebenaran, para peneliti bermaksud mengangkat topik penelitian ini.


Dalam penelitian, umumnya ada dua model penelitian, yaitu penelitian literatur (studi pustaka) dan penelitian lapangan. Penelitian sensori yaitu penelitian sumber data berbasis search yang lebih banyak yang tersedia dalam buku, jurnal atau artikel ilmiah. Sementara itu, penelitian lapangan yaitu studi yang lebih menitikberatkan pada pengumpulan data lapangan.

Secara umum, sistematis dalam menyusun ajuan penelitian yang sering dipakai yaitu sebagai berikut, yaitu.

A. Latar Belakang

Latar belakang problem menggambarkan hal-hal yang menjadi alasan dan dibalik penyerahan topik atau problem dalam penelitian. Bagian ini menguraikan penelitian, yang biasanya meliputi pertanyaan berikut.

a. Mengapa penelitian dilakukan?

Bagian ini menjelaskan mengapa problem yang diajukan penting untuk diperiksa, dijelaskan bahwa problem yang diajukan untuk kepentingan masyarakat, perlu segera diberi solusinya, atau mempunyai kekerabatan dengan informasi lain yang sangat rumit sehingga perlu dilakukan. terkait erat

b. Bagaimana penelitian?

Berisi deskripsi metode yang akan dipakai untuk menilik masalahnya. Jelas bahwa metode yang dipakai yaitu metode yang paling sempurna untuk memecahkan masalah.

c. Apa tujuan dari penelitian ini?

Berisi penggunaan hasil penelitian, yang menjelaskan kegunaan penelitian, baik mudah maupun akademis.

B. Identifikasi Masalah

Pada cuilan ini kami menjelaskan lebih banyak perihal isu-isu yang diteliti. Deskripsi identifikasi problem harus dilakukan dalam bentuk pertanyaan dan urutannya menurut urutan intensitas imbas dalam penelitian.

C. Tujuan Penelitian

Pada cuilan ini dijelaskan maksudnya, yaitu hal-hal yang ingin dicapai dan tujuan dari tujuan yang akan dialamatkan dalam penelitian. Tujuan dan target ini harus dirumuskan sesuai dengan kepentingan penelitian. Secara umum kedua hal tersebut saling terkait dengan cuilan identifikasi dari problem yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, antara problem dan perilaku yang harus diambil dalam kegiatan penelitian ini mempunyai hubungan.

D. Tujuan Penelitian

Berbeda dengan tujuan dan tujuan, kegunaan penelitian lebih banyak keluar. Gambaran perihal kegunaan penelitian ini biasanya berkaitan dengan hal-hal yang akan memperlihatkan donasi terhadap hasil penelitian, baik secara teoritis maupun praktis.

E. Kerangka Teoritis

Pada cuilan ini kami menggambarkan kerangka teoritis yang dipakai dalam penelitian. Pepatah, menjelaskan alur alur pemikiran penelitian sesuai dengan kerangka teoritis logis. Untuk itu, masukkan identifikasi problem yang telah ditetapkan ke dalam kerangka teoritis yang sempurna sehingga problem yang teridentifikasi menjadi jelas.

Cara berpikir yang bisa dilakukan yaitu dengan kerangka berpikir deduktif, yang menjelaskan hal-hal yang bersifat umum, kemudian kerucut menjadi hal yang lebih spesifik. Isu spesifik diidentifikasi (Subyantoro dan Suwarto 2007: 120-121).

Biasanya, sebelum menjelaskan teori yang dipakai dalam penelitian ini, perlu dijelaskan secara konseptual istilah kunci dalam problem penelitian. Tahap ini disebut tahap pembuahan.

Sebenarnya, dalam problem ada konsep baik sebagai faktor penentu (faktor) maupun hasilnya. Sementara itu, konsep (baik sebagai faktor atau hasil) mempunyai variasi dalam sifat dan besaran tertentu yang disebut variabel.

Selanjutnya dibentuk penghakiman, yaitu penyiapan ketentuan dalam bentuk teori atau argumen, aturan atau peraturan yang bisa dijadikan deduksi untuk menjawab permasalahan penelitian. Ketentuan ini sanggup diperoleh melalui kajian literatur (Subyantoro dan Suwarto, 2007: 122).


Setelah itu, budi sehat dibuat, yang merupakan pertimbangan atau semacam argumen perihal pengambilan kasus dari premis minor di premis utamanya (Subyantoro dan Suwanto, 2007: 122).

F. Tinjauan Literatur

Pada cuilan ini dijelaskan hasil penelitian serupa yang pernah dilakukan oleh organisasi lain sebagai materi onformasi penelitian yang akan atau akan dilakukan sudah dilakukan oleh orang lain atau tidak. Selain itu, tinjauan literatur juga mempunyai kegunaan untuk memilih langkah penelitian selanjutnya.

G. Metode Penelitian

Secara umum, pada cuilan ini dijelaskan metode yang dipakai dalam penelitian ini. Selain itu, uraian bentuk penelitian, objek dan ruang lingkup studi, sumber data, data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan acara penelitian juga disertakan dalam metode penelitian ini.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisi rencana penataan atau penulisan sistematika dalam penelitian. Persiapan dimulai dari cuilan pertama hingga cuilan terakhir, yang merupakan kesimpulannya. Dengan kata lain, cuilan ini merangkum garis besar ajuan penelitian yang akan diserahkan ke supervisor atau akademisi perguruan tinggi.

I. Referensi

Bibliografi berisi sumber literatur yang dipakai dalam penyusunan ajuan penelitian.

Contoh Proposal Penelitian Skripsi

Berikut ini yaitu pola ajuan penelitian tesis standar, diambil dari salah satu ajuan penelitian mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

RENCANA PENELITIAN

JARINGAN PENELITIAN: PENGARUH EKSTRAK AIR TERHADAP BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DALAM MENINGKATKAN KEGIATAN ANTIBACILIN AMOXICILLIN TERHADAP Bakteri Staphylococcus aureus Methicillin (MRSA)

NAMA SISWA: ERMA YULISTIANA

JUMLAH SISWA: N11113072



PEMIMPIN UTAMA: Dr. Hj. Sartini, M.Si., Apt.

PEMIMPIN PERTAMA: Dra. Rosany Tayeb, M.Si., Apt.



BAB I

PENDAHULUAN

Sepanjang sejarah manusia, jutaan orang telah meninggal akhir infeksi bakteri. Prevalensi penyakit menular belum memperlihatkan penurunan dari tahun ke tahun (1). Penyakit menular ini merupakan bahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Beberapa basil yang sanggup mengakibatkan penyakit meliputi: Staphylococcus aureus (S. aureus) dan Escherichia coli (E. coli) (2).

Infeksi yang disebabkan basil Staphylococcus aureus sanggup mengakibatkan beberapa penyakit seperti, septikemia, pneumonia, endokarditis, osteomielitis, gastroentritis dan jerawat (3). Staphylococcus aureus resisten terhadap antibiotik telah banyak dilaporkan sehingga pengobatan infeksi basil semakin sulit lantaran munculnya strain resisten multidrug menyerupai Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (4). Staphycoccus aureus resistensi terhadap kelompok penisilin terjadi di lebih dari 86% kasus (5). Menurut data sistem surveilans nosokomial rumah sakit tersebut. Kariadi, pada bulan Juli-November 2007 menemukan kuman MRSA dalam 30 kasus operasi infeksi luka di bangsal A2 dan A3 sebanyak 18 kasus (60%), dan periode Januari-Mei 2008 sebanyak 16 kasus (67%) dari 24 kasus. MRSA telah menjadi problem utama bagi dokter rumah sakit selama bertahun-tahun sebagai penyebab infeksi nosokomial dengan peningkatan tragedi 10-20% (6,7).

Pencarian antibiotik gres memakan waktu usang dan dana penelitian tinggi sehingga salah satu alternatif yang bisa dilakukan yaitu mencari materi alami yang bisa mencegah resistensi antibiotik atau materi yang bisa meningkatkan kegiatan antibiotik yang ada.

Rosela (Hibiscus Sabdariffa L.) yaitu salah satu tanaman yang dikembangkan menjadi ramuan standar yang mempunyai imbas antibakteri (8). Senyawa yang terkandung dalam kelopak Rosella yaitu senyawa fenolik yang terdiri dari antosianin menyerupai delphinidin-3-glukosida, delphinidin-3-sambubiosida, dan sianidin-3-sambubiosida, kandungan flavonoid menyerupai gossypetin, hibiscetin, dan glukosida lainnya (9,10). Secara in vitro, kegiatan antibakteri kelopak rosela disebabkan oleh adanya flavonoid / anthocyanin. (11, 12).

Menurut sebuah studi oleh Rostinawati (2009) kegiatan ekstrak aktibakter ekstrak rosela etanol mempunyai konsentrasi hambat minimum terhadap E.coli, Staphylococcus aureus, dan Salmonella typhyi pada 0,20 g / ml. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Zuhrotun (2009) memperlihatkan bahwa ekstrak air dari kelopak bunga rosela mempunyai kegiatan antibakteri terhadap basil Staphylococcus aureus dengan KHM antara 0,41% -0,81% dan nilai komparatif kegiatan antibakteri tetrasiklin HCl dengan ekstrak air kelopak bunga rosella terhadap S. aureus yaitu (1: 8,24). Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2016) mengenai uji kegiatan anti-bakteri dari kombinasi infus kelopak rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan Isoniazid (INH) terhadap Mycrobacterium tuberculosis H37Rv. Hasilnya memperlihatkan infus rosella 25%, kombinasi infus rosella 25% dan 0,1 bpj INH dengan 6 ahad inkubasi bakterisida terhadap Mycobacterium tuberculosis.

Masalah yang muncul yaitu apakah ekstrak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mempunyai imbas sinergis dengan antibiotik amoksisilin yang sanggup dipakai sebagai terapi suportif untuk pasien yang terinfeksi basil Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui imbas ekstrak Rosella petal (Hibiscus sabdariffa L.) dalam meningkatkan kegiatan antibiotik amoksisilin terhadap Methicillin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA).

BAB II

Tinjauan literatur

(................................................. .................................................. ................................................ .. ...................................)



BAB III

IMPLEMENTASI PENELITIAN

II.1 Peralatan dan Bahan

Alat yang dipakai yaitu cawan petri, cangkir porselen, labu Erlenmeyer (Pyrex®), enkas, cangkir pengukur, corong pemisah, mikropipet, bola bulat, ose lurus, pinset, spoof (OneMed®), labu tentukur, lampu semangat, pendingin, ambang batas , oven, inkubator, sendok tanduk, spektrofotometri, skala analitis.

Bahan yang dipakai yaitu air steril, 70% alkohol, asam galat, ekstrak bunga dari tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.), Follin ciocalteau, Medium MHA (Agar Mueller Hinton), Medium NA (Gizi), Medium NB (Nutrien Broth ), basil uji Meticllin Resistent Staphylococus aureus laboratorium koleksi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, metanol, NaOH.

II.2. Cara Kerja

III.2.1 Sterilisasi peralatan

Cawan petri dan gelas lainnya disterilkan dalam panggangan pada suhu 180 ° C selama 2 jam. Barang pecah belah yang skalabel dan tidak tahan terhadap pemanasan dan terbuat dari plastik disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 ° C selama 15 menit. Ose disterilkan dengan cara dipijarkan pada api bunsen.

III.2.2 Penyiapan sampel

Metode Ekstraksi Sampel III.2.2.1

Sampel kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) diambil di wilayah Makassar yaitu di Taman Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Sampel diekstraksi dengan metode modifikasi infundasi. Rasio berat sampel dan air 1:10 yaitu 100 gram sampel dalam 1 L air. Sebanyak 100 g sampel lembap dengan 400 ml air dan lagi dengan 600 ml air. Dipanaskan dalam kolam air selama 15 menit, dihitung dari suhu di panci hingga mencapai 90C.

II.2.2.2 Pembuatan Ekstrak Infus Rosella Kering

Hasil ekstraksi kelopak rosela menambahkan 10 gram maltodekstrin kemudian diaduk dan dikeringkan dengan metode pengeringan semprot untuk mendapat ekstrak kering.

III.2.3 Penentuan Kandungan Polifenol

Penentuan kadar polifenol kelopak bunga rosela dilakukan secara spektrofotometri dengan memakai asam gallic standar dan preaksi Follin ciocalteau dan NaOH.

III.2.3.1 Pembuatan Solusi Uji Untuk Ekstrak

Timbang dengan hati-hati sebanyak 12,5 mg ekstrak, masukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan 25 ml metanol P, aduk selama 30 menit dengan pengaduk magnet. Saring ke dalam labu timah 25 ml, tambahkan metanol P ke sasaran

III.2.3.2 Penyiapan Solusi Komparatif

Berat secara keseluruhan kira-kira 10 mg komparator, masukkan ke dalam labu timbal 25 ml, larutkan dengan metanol P, tambahkan metanol P ke sasaran. Buat pengenceran kuantitatif menjadi konsentrasi 8 ppm, 4 ppm, 2 ppm, 1 ppm, dan 0,5 ppm.

III.2.3.3 Pengukuran Polifenol

Pada setiap 1 ml larutan uji dan encerkan larutan komparatif dalam tabung reaksi, tambahkan 5 ml Folin-Ciocalteu LP (7,5% dalam air). Diamkan selama 8 menit, tambahkan 4 ml NaOH 1%, diinkubasi selama 1 jam. Ukur serapan setiap larutan pada panjang gelombang serapan maksimum sekitar 730 nm. Lakukan pengukuran kosong dengan cara yang sama, tanpa penambahan larutan uji.

III.2.4 Persiapan Sedang

II.2.4.1 Penyiapan Medium NB (Nutrient Broth)

Sebanyak 1,3 gram Kaldu Gizi dilarutkan dengan aqaud hingga 100 ml, kemudian dipanaskan hingga larut. Bahan homogen kemudian disterilkan dengan memakai autoklaf pada suhu 121 ° C selama 15 menit.

II.2.4.2 Persiapan MHA Medium (Agar Mueller Hinton)

Mueller Hinton Agar 3,4 gram dilarutkan dengan aquadest hingga 100 ml kemudian dipanaskan hingga larut. Media disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ° C.

II.2.5 Penyiapan Solusi Uji

II.2.5.1 Pembuatan Uji Solusi Kelelahan Mata Rosella

Ekstrak dari kelopak rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dilarutkan dengan air steril dan kemudian dibentuk konsentrasi 4000 bpj, 2000 bpj, 1000 bp, dan 500 bpj.

II.2.5.2 Penyiapan Larutan Uji Amoksisilin

Amoksisilin dilarutkan dengan air steril kemudian dibentuk konsentrasi 50 bpj, 25 bpj, 12,5 bpj, 6,25 bpj.

III.2.6 Penyiapan Budaya Bakteri

Bakteri yang dipakai yaitu koleksi Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Laboratorium Penelitian Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Bakteri uji diremajakan pada NA cenderung dan diinkubasi pada suhu 37ÂșC selama 1 x 24 jam. Kultur basil terdispersi dan kemudian dipakai sebagai basil uji.

II.2.7 Penentuan Konsentrasi Barrier Minimum (KHM)

II.2.7.1 Penentuan Ekstrak Bunga KHM Rosella Rose

Uji kadar hambat minimal ekstrak kelopak rosela dilakukan dengan metode pengenceran cairan memakai media Nutrien Broth (NB). Sebanyak 4.000 mg ekstrak kelopak bunga rosela dilarutkan dengan air steril hingga 100 ml sebagai larutan stok. Pengenceran dilatasi konsentrasi 4000 bpj, 2000 bpj, 1000 bp dan 500 bpj ke media berair, kemudian setiap tabung diinokulasi suspensi basil MRSA 0,1 ml dengan McFarland 0,5 (1,5 × 108 CFU / mL). Diinkubasi selama 1 x 24 jam pada 37 ° C dan diamati kekeruhan medium.

II.2.7.2 Penentuan KHM amoksisilin

Uji hambat minimum amoksisilin dilakukan dengan metode pengenceran cairan memakai media Nutrien Broth (NB). Sebanyak 50 mg amoksisilin dilarutkan dengan air steril hingga 100 ml sebagai larutan stok (500 bpj). Pengenceran dilatasi dengan konsentrasi 50 bpj, 25 bpj, 12,5 bpj, 6,25 bpj ke media berair, dan kemudian setiap tabung diinokulasi dengan basil uji MRSA 0,1 ml setara dengan McFarland 0,5 (1,5 × 108 CFU / mL). Diinkubasi selama 1 x 24 jam pada 37 ° C dan diamati kekeruhan medium.

II.2.8 Uji modulasi ekstrak pada imbas antibiotik Amoksisilin pada MRSA

Konsentrasi penghambatan minimal ekstrak kelopak mawar yang dipilih digabungkan dengan antibiotik amoksisilin dengan beberapa takaran menurut KHM dari antibiotik. Faktor modulasi (FM) sanggup dihitung dengan rumus sebagai berikut:

FM = KHM (antibiotik) / KHM (antibiotik + ekstrak)

Dengan mengetahui faktor modulasi, bisa diketahui kekuatan kombinasi berapa kali efeknya dibanding antibiotik itu sendiri.

BIBLIOGRAFI

...
...
...
...
... dll.
Begitulah pola ajuan penelitian dan anutan penulisan. Semoga bisa membantu anda menuntaskan tesis ya. Semangaat !!!

Perlindungan Konten oleh DMCA.com


Menulis Navigasi
Contoh Makalah Prakata, Laporan, Tesis, dan Karya Ilmiah
Menjual Susu Kambing, Susu Terbaik Untuk Pengganti Susu Payudara dan Menjaga Kesehatan

Sumber https://www.isplbwiki.net
Buat lebih berguna, kongsi:
close